Ratu Kecebong

Ratu Kecebong

Selasa, 25 Januari 2011

Filsafat Ilmu

ETIKA


A.     Perjernihan Istilah
1.      Etika dan Moral
     Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika”  yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
     Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral yang berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi, etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Arti mengenai kata “etika” dibedakan dalam tiga arti:
Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Secara singkat arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai yang dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
Kedua, etika berarti juga: kumpulan asas atau nilai moral . yang dimaksud disini adalah kode etik.
Ketiga, etika mempunyai arti lagi: ilmu tentang apa yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan – kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
     “Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.



2.      Amoral dan Immoral
Oleh Concise Oxford Dictionary kata amoral berarti: tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana etis, non-moral. Dalam kamus yang sama kata immoral berarti: bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru tidak dimuat Immoral, tapi terdapat kata Amoral yang dijelaskan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak”.
Kata Amoral sebaiknya diartikan sebagai netral dari sudut moral atau tidak mempunyai relevansi etis.

3.      Etika dan Etiket
     Etika berarti moral dan Etiket berarti sopan santun. Bila dipandang menurut artinya, dua istilah ini memang dekat satu sama lain. Di samping perbedaan, ada juga persamaan. Persamaan tersebut di antaranya:
Pertama, etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah-istilah ini hanya kita pakai mengenai manusia. Hewan tidak mengenal etika maupun etiket.
Kedua, baik etika etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya, memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Karena sifat normatif ini kedua istilah tersebut mudah dicampuradukkan.
Sedangkan perbedaan antara etika dan etiket yaitu:
-       Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan: etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan ya atau tidak.
-       Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Sebaliknya, etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata. Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.
-       Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh yang jelas adalah makan dengan tangan atau tersendawa waktu makan. Lain halnya dengan etika. Etika jauh lebih Absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan Berbohong”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar atau mudah diberi “dispensasi”.
-       Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang dari segi lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam.

B.     Etika sebagai Cabang Filsafat
1.      Moralitas Ciri Khas Manusia
Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi tidak semua. Ada juga perbuatan yang netral dari segi etis. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal. Tapi bukan saja moralitas merupakan suatu dimensi nyata dalam hidup setiap manusia, baik tahap perorangan maupun pada tahap sosial, kita harus mengatakan juga bahwa moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak terdapat pada makhluk lain.

2.      Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.
a.    Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Etika deskriptif hanya melukiskan, tidak memberi penilaian.
b.    Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Di sini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Secara singkat dapat dikatakan Etika Normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.
Etika Normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum memandang tema-tema umum
c.    Metaetika
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi, melampaui. Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas di sini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf bahasa etis atau bahasa yang kita pergunakan di bidang moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

3.      Hakikat Etika Filosofis
Etika termasuk filsafat dan dikenal sebagai ssalah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam konteks filsafat Yunani kuno, etika sudah terbentuk dengan kematangan yang mengagumkan. Etika adalah ilmu, tapin sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat empiris, karena seluruhnya berlangsung dalam rangka empiri (pengalaman inderawi), yaitu apa yang dapat dilihat, didengar, dicium dan sebagainya.

C.     Peranan Etika dalam Dunia Modern
Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terdapat tiga ciri yang menonjol. Pertama, kita menyaksikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat-masyarakat yang berbeda sering terlihat nilai dan norma yang berbeda pula. Bahkan masyarakat yang sama bisa ditandai oleh pluralisme moral. Kedua, sekarang timbul banyak masalah etis baru yang dulu tidak terduga. Ketiga, dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu kepedulian etis yang universal.

D.     Moral dan Agama
Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, motivasi kita yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah agama. Ajaran moral dalam suatu agama dianggap penting karena berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan.

E.     Moral dan Hukum
Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya, sehingga hukum selalu harus selalu diukur dengan norma moral. Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
Perbedaan lain antara moral dan hukum adalah sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan moral. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.

Referensi: Bertens, K. 2007. ETIKA. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar